Sabtu, 01 November 2008
Meneladani Mashudi Dalam Gerakan Pramuka
CONTOHLAH apa yang telah dilakukan Kak Mashudi untuk Pramuka yang dicintainya, bahkan untuk bangsa dan negara tercinta, kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat meresmikan pembukaan Jambore Nasional VIII di Desa Kiarapayung Jatinangor, 16 Juli 2006. Ungkapan SBY menyiratkan betapa luar biasa karya Letjen TNI (Purn.) Dr. (HC) Mashudi sehingga keteladanannya patut dicontoh, terutama oleh generasi muda Indonesia. Bahkan, dalam sambutan berikutnya, Presiden SBY saat mengatakan, sebeluhttp://seueurkahoyong.blogspot.com/m wafat, Mashudi sering menyampaikan pandangan-pandangannya yang jernih dan konstruktif yang semuanya ia abadikan untuk kepentingan bangsa dan negara, bukan untuk kepentingan pribadi.
Tepat kiranya nama besarnya diabadikan menjadi nama bumi perkemahan di Kiarapayung Jatinangor sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi dan perjuangannya dalam mengembangkan Gerakan Pramuka di tanah air. Melalui tangan dinginnya, gerakan Pramuka dibawa menuju masa keemasan. Gerakan Pramuka berkembang pesat dan diterima luas oleh generasi muda di tanah air. Bahkan, Gerakan Pramuka menjadi organisasi kepanduan terbesar di dunia.
Kesahajaan, kedisiplinan, dan kemauan bekerja keras tergambar jelas dalam dirinya. Terbentuknya karakter tersebut tak terlepas berkat didikan orang tua ditambah kegemarannya menggeluti dunia kepanduan sejak kecil.
Seperti terangkum dalam buku autobiografi yang ditulisnya, Mashudi, Memandu Sepanjang Masa, Mashudi lahir di Cibatu Garut, 11 September 1920. Pendidikan formal yang pernah dijalaninya adalah HIS dan MULO Pasundan Tasikmalaya, AMS B Yogyakarta, dan THS (sekarang ITB) Bandung. Orang tuanya yang wiraswasta merupakan sosok pekerja keras dan selalu menanamkan kemandirian kepada anak-anaknya.
Hal ini juga yang memengaruhi Mashudi kecil untuk tidak bermanja-manja menghadapi kehidupan. Diceritakan, saat kecil, Mashudi sering membantu ayahnya bekerja di toko bahan bangunan dan mengantar susu sapi kepada langganan. Bahkan, untuk keperluan dana guna menyalurkan hobi olah raga dan kepanduan, Mashudi sering berusaha mandiri dengan membuat kerajinan kap lampu dan tas dari tripleks, yang ia titipkan kepada ibunya untuk dijual. Mashudi terjun ke dunia kepanduan saat usia masih belia, 11 tahun dengan ikut bergabung menjadi anggota Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI).
Kecintaan terhadap gerakan Pramuka tak pernah sirna dalam sisi kehidupannya. Mashudi aktif dalam jabatan struktural Gerakan Pramuka sejak menjabat Gubernur Jawa Barat (1960-1970), sebagai Ketua Majelis Pembimbing Pramuka Jawa Barat. Kemudian tahun 1974, ia dipercaya menjadi Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat. Pada tahun yang sama, Mashudi ditunjuk menjadi Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka. Setelah itu sempat menjabat menjadi Pjs. Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka menggantikan Sarbini (1974-1978). Dalam penyelenggaraan Munas Gerakan Pramuka di Bukit Tinggi, Sumatra Barat, tahun 1978, Mashudi terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka. Jabatan yang diembannya cukup lama hingga tahun 1993 dan merupakan kepercayaan yang luar biasa kepadanya.
Perjuangan tak kenal lelah dan dedikasi tinggi terhadap perkembangan Gerakan Pramuka membuat World Organization of Scout Movement (WOSM) menganugerahkan lencana Bronze Wolf Award yang merupakan penghargaan tertinggi dalam dunia kepanduan dalam acara World Scout Conference ke-30 di Munich, Jerman 15-19 Juli 1985.
Mashudi juga pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat (1960-1970), Wakil Ketua MPRS (1966-1972), anggota DPA (1978-1983), dan anggota MPR (1992-1997). Selain Bronze Wolf Award, penghargaan lain yang didapat Mashudi antara lain, Lencana Tunas Kencana, Bintang Mahaputra, dan doktor honoris causa dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Selain pramuka dan kariernya di militer, Mashudi juga pernah aktif dalam seabrek kegiatan organisasi lainnya seperti Ketua Yayasan Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Ketua Yayasan Universitas Pakuan Bogor, Ketua Perkumpulan Filateli Indonesia, dan Dewan Penyantun Universitas Pendidikan Indonesia.
Letjen TNI (Purn.) Dr. (HC) Mashudi meninggal dunia Rabu 22 Juni 2005 pukul 11.00 WIB di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta setelah sebelumnya sempat dirawat di Rumah Sakit PMI Bogor karena serangan jantung. (Yudi Noor/berbagai sumber)***
sumber: pikiran rakyat (18/05/2007)
foto: sumber www.tokohindonesia.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar