Sabtu, 01 November 2008

Merevitalisasi Pramuka dengan Membina Siaga

REVITALISASI gerakan Pramuka yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seyogianya menjadi cambuk bagi semua pihak yang terlibat langsung dalam pembinaan Pramuka untuk segera berbenah. Pembinaan yang berkesinambungan sangat diperlukan untuk menggairahkan kembali Pramuka sebagai wadah generasi muda Indonesia menyalurkan dan mengembangkan bakat sekaligus menbentuk kepribadian yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pembinaan yang sangat penting dan mendasar dilakukan terhadap anggota Pramuka tingkat Siaga (7-10 tahun). Pramuka Siaga merupakan titik awal seorang anak mengenal dunia Pramuka. Sesuai dengan penamaan, arti Pramuka Siaga dikiaskan dengan masa perjuangan bangsa Indonesia, ketika rakyat Indonesia menyiagakan diri untuk mencapai kemerdekaan dengan ditandai berdirinya Boedi Oetomo tahun 1908 sebagai "tonggak awal" perjuangan bangsa Indonesia.
Pramuka Siaga mempunyai dua kode kehormatan, yaitu Dwi Satya (janji Pramuka Siaga), dan Dwi Darma (ketentuan moral Pramuka Siaga). Dua kode kehormatan yang disebutkan di atas adalah standar moral bagi seorang Pramuka Siaga dalam bertingkah laku di masyarakat. Siaga mempunyai tiga tingkatan, yaitu, tingkat mula, bantu, dan tata. Dalam Pramuka Siaga, terdapat satuan terkecil yang disebut Barung dan satuan-satuan dari beberapa Barung yang disebut Perindukan. Biasanya Barung beranggotakan 5-10 orang dipimpin pemimpin Barung yang dipilih oleh anggota Barung. Masing-masing pemimpin Barung memilih satu orang dari mereka yang akan menjadi pemimpin Barung utama yang disebut Sulung. Perindukan terdiri atas beberapa Barung yang akan dipimpin Sulung.
Salah satu kendala yang dihadapi para pembina sekarang ialah dalam hal perekrutan. Dengan anggota yang berusia antara usia 7-10 tahun (usia anak SD), memang saat ini sulit bagi para pembina Pramuka untuk "membujuk" mereka ikut gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka dianggap kuno (ketinggalan zaman) dan tersisihkan oleh organisasi lain yang lebih menantang. Arus globalisasi secara tidak langsung ikut berimbas terhadap kelesuan gerakan Pramuka. Teknologi yang dengan cepat berkembang turut membuai generasi muda. Tak heran, anak usia Siaga lebih enjoy duduk berlama-lama saat liburan sekolah bermain Playstation daripada melakukan kegiatan outdoor seperti Pramuka.
Padahal, sesuai dengan fungsinya, Pramuka sebenarnya merupakan organisasi yang berisi kegiatan menarik bagi anak atau pemuda. Kegiatan menarik ini berisi kegiatan yang menyenangkan dan mengandung pendidikan. Bentuk permainan pun mempunyai tujuan dan aturan. Jadi, bukan sekadar main-main, yang hanya bersifat hiburan, tanpa aturan dan tujuan, dan tidak bernilai pendidikan.
Seperti dilansir www.scout.or.id, dan diambil dari 284 Permainan Siaga oleh Gilcraft terbitan Kedai Pramuka Kwartir Nasional, begitu banyak permainan dalam Pramuka Siaga yang bentuknya sangat menarik dan mengandung nilai-nilai pendidikan. Seperti perlombaan berkebun, yaitu membuat hiasan dan bunga-bunga dalam pot yang diberi tanah.
Atau, permainan kota-kota tersembunyi, yaitu bentuk permainan di mana setiap peserta disuruh mencari benda-benda yang huruf pertamanya kalau disusun dengan tepat, akan berarti suatu nama kota yang telah ditentukan, seperti mengumpulkan (B)uku, (O)dol, (G)undu, (O)ncom, (R)umput yang berarti Kota Bogor. Masih banyak permainan lain yang cukup mendidik dan rasanya tidak ketinggalan zaman, seperti permainan merebut benteng, Zib melawan serigala, sembunyilah, tumbuh-tumbuhan sakti, masuk ke dalam rimba, dan lainnya yang cukup menantang untuk dimainkan anak usia Siaga.
Peran pembina pun sangat menentukan. Kepandaian seorang pembina dalam meracik kemasan permainan dengan menyelipkan variasi yang menarik dapat pula menjadi pendorong anak-anak mengikuti kegiatan ini. Dan, yang terpenting dorongan orang tua untuk "mengikhlaskan" putra putri mereka terjun langsung dalam kegiatan Pramuka sehingga anak-anak mereka tidak hanya tahu Pramuka dari seragam yang biasa mereka kenakan setiap hari Sabtu. (Hetty Dimayanti/berbagai sumber)***
sumber: pikiran rakyat (31/08/2007)

Tidak ada komentar: