Mungkin Baden-Powell tak akan menyangka, organisasi yang didirikannya lebih dari seratus tahun lalu ini bakal eksis hingga saat ini dan menghasilkan orang-orang berjiwa besar dan sukses. Berbagai bentuk kegiatan dalam kepanduan yang bertujuan membina dan membentuk karakter generasi muda, menjadi daya tarik luar biasa bagi siapa pun yang menekuninya. Sebagai wadah penyaluran minat, bakat, serta berisi kegiatan yang positif dan konstruktif, kepanduan bisa dijadikan sebagai modal dasar bagi generasi muda menjadi mandiri, berani, dan bertanggung jawab. Hasilnya, terbukti sampai saat ini gerakan kepanduan sukses melahirkan manusia-manusia berkualitas dan menjadi pemimpin yang mumpuni.
Banyak kisah menarik sekaligus heroik seputar orang sukses yang semasa mudanya menggeluti gerakan kepanduan yang bisa kita ambil hikmahnya. Seperti, kisah Muhammad Yunus dari Bangladesh (peraih Nobel Perdamaian 2006) yang saat kecil bersama 25 anggota kepanduan negaranya berpetualang melanglang ke penjuru dunia melakukan tur ke berbagai kota dan negara seusai mengikuti Jambore Sedunia di Kanada.
Kisah heroik lain yang masih hangat diperbincangkan dan menjadi perhatian dunia baru-baru ini datang dari Republik Maldives atau orang Indonesia menyebutnya Maladewa. Negeri indah yang terdiri atas gugusan kepulauan dan terumbu karang di Lautan Hindia, selatan Pulau Lakshadweep India ini dibuat geger dengan insiden penyerangan terhadap Presiden Maladewa, Maumoon Abdul Gayoom, Selasa, 8 Januari 2008. Beruntung, penyerangan ini bisa digagalkan dan Presiden Maumoon selamat tanpa terluka sedikit pun. Lalu, siapakah yang menjadi dewa penyelamat bagi Presiden Maumoon saat kejadian tersebut? Ya, dialah anak berumur 15 tahun bernama Mohamed Jaisham Ibrahim, seorang anggota kepanduan Maladewa yang dengan gagah berani menyelamatkan nyawa sang presiden.
Kronologi kejadiannya benar-benar mirip adegan film laga. Menteri Penerangan Republik Maladewa Mohamed Nasheed, dalam keterangan resminya mengatakan, saat itu Presiden Maumoon sedang berkunjung ke Pulau Hoarafushi, pulau yang terletak di sebelah utara Maladewa. Saat Presiden Maumoon sedang menyalami orang-orang di sekitarnya, tiba-tiba seorang laki-laki berusia 20 tahunan menyeruak di antara kerumunan mengeluarkan pisau dan hendak menikamkannya ke arah perut Presiden Maumoon. Saat itulah, Mohamed Jaisham yang hadir dan berada dekat Presiden Maumoon dengan refleks menerjang penyerang tersebut dan terlibat pergumulan seru. Dalam pergulatan itu, tangan Mohamed Jaisham terluka cukup serius karena ia berusaha merampas pisau si penyerang. Adegan tersebut berakhir setelah para penjaga Presiden Maumoon turun tangan dan menangkap si penyerang. Saat kejadian, Mohamed Jaisham mengenakan seragam kepanduan Maladewa warna hijau lengkap dengan segala atributnya.
Karena luka yang cukup serius, akhirnya Mohamed Jaisham dilarikan ke rumah sakit. Tindakan ”nekat” Mohamed Jaisham perlu diacungi jempol. Ia rela berkorban demi menyelamatkan orang lain walaupun keselamatan dirinya juga terancam. Sekarang, nama Mohamed Jaisham begitu populer di seantero Maladewa maupun dunia.
Sebagai bentuk penghargaan, Presiden Maumoon yang juga menjabat sebagai Ketua Kepanduan Maladewa menganugerahkan The Gallantry Gold Award (medali khusus bagi anggota kepanduan, baik perseorangan maupun kelompok yang telah berkorban untuk masalah kemanusiaan). Dalam sambutan pada upacara penyerahan medali, Rabu (23/1), di Sekolah Ghiyaasuddin, Presiden Maumoon mengatakan, gerakan kepanduan dan seluruh warga Maladewa patut berbangga terhadap Mohamed Jaisham. Presiden Maumoon juga menambahkan, keberanian yang dimiliki Mohamed Jaisham tak terlepas dari efektifnya latihan keterampilan yang dijalani Jaisham selama mengikuti gerakan kepanduan. (Yudi Noorachman/dari berbagai sumber)***
sumber: pikiran rakyat (15/02/2008)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar